Merdeka atau Ma..cet?
Kita memang tidak bisa flashback atau throwback ke masa perjuangan rakyat Indonesia saat melawan penjajah karena pada saat itu kita tidak ada di sana dan kita belum lahir. Meskipun begitu, kita tetap bisa tahu bagaimana sejarah kronologi kemerdekaan Indonesia melalui pelajaran sejarah yang diajarkan sejak SD. Pelajaran sejarah selalu ada di tiap tingkatan pendidikan: SD, SMP, SMA, sampai di bangku kuliah. Isi materi sejarah selalu sama. Tidak jauh dari bagaimana Indonesia bisa merdeka, pertempuran yang terjadi, rapat PPKI dan BPUPKI, pembuatan bendera, pembacaan teks proklamasi, hingga akhirnya rakyat Indonesia mengangkat tangan kanan yang terkepal dengan tegas dan lantang menyerukan, “Merdeka!”
Seandainya pada saat itu kita ada di sana, rasanya pasti merinding mendengar kata ‘merdeka’ setelah dijajah sangat amat lama oleh Portugis, Spanyol, Belanda dan Jepang. Jangankan itu, kalau kita ikut menyaksikan upacara bendera, ada rasa haru yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata saat pengibaran bendera Indonesia diiringi lagu Indonesia Raya. Ngomong-ngomong soal upacara, masih ingatkah kapan terakhir kali Anda ikut upacara bendera?
Apakah kita sudah benar-benar merdeka?
Percaya deh, pertanyaan itu akan muncul di status beberapa pengguna sosial media sebentar lagi. Mereka mempertanyakan apakah Indonesia ini sudah benar-benar merdeka? Melihat banyaknya masalah di Indonesia dari masalah kecil sampai besar dan kalau semuanya dibahas satu per satu mungkin tulisan ini akan menjadi sebuah buku. Pertanyaan di atas hampir muncul setiap tahun dan selalu menjadi topik yang menarik di berbagai media.
‘Apakah kita sudah benar-benar merdeka?’ seolah menjadi pertanyaan tahunan yang jawabannya selalu ‘belum‘.
Salah satu ‘penjajah’ yang masih ada di Indonesia dan merenggut waktu rakyat Indonesia khususnya mereka yang tinggal di kota-kota besar adalah macet. Anda mungkin termasuk salah satunya. Macet ini bukan hal yang sepele karena berkaitan erat dengan waktu. Bagi siapapun, waktu adalah sesuatu yang sangat berharga. Mungkin Anda pernah mendengar istilah ‘macet bikin tua di jalan’. Disadari atau tidak istilah ‘tua di jalan’ itu benar. Kita terpaksa menghabiskan waktu berjam-jam lamanya, diam di kendaraan karena macet. Padahal ada banyak hal yang bisa dikerjakan seandainya macet itu tidak ada.
Sebutlah Jakarta, jalanan di kota ini tidak pernah sepi, kecuali lebaran. Bahkan di jalan tol yang katanya bebas hambatan sekalipun. Dalam sehari, orang-orang bisa menghabiskan setengah harinya di jalan. Jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan luas jalan membuat pengendara harus antri berjam-jam. Padahal jarak itu seharusnya dapat ditempuh hanya beberapa menit saja, misalnya. Berbagai cara dilakukan untuk mengatasi kemacetan ini seperti jalur 3 in 1 (sekarang sudah dihapus), pembangunan MRT, dan pemberlakuan aturan kendaraan ganjil genap.
Bandung? Bandung juga sama. Apalagi kalau weekend. Saya pernah dari Setiabudi ke tempat wisata di Lembang sampai 4 jam. Nggak worth it banget. Sampai tujuan, tempat wisata itu sudah mau tutup. Begitulah, macet sudah menjadi masalah yang sangat serius. Kita dan orang-orang yang pulang kerja seharusnya bisa sampai di rumah lebih cepat dan punya waktu yang lebih banyak untuk bertemu, bercengkrama dengan anak, istri, dan orang tua setelah seharian bekerja. Tapi kenyataannya, waktu itu habis di jalan.
Selain karena banyaknya kendaraan, ternyata macet juga disebabkan oleh pengguna kendaraan itu sendiri. Banyak pengendara yang ‘egois’ dalam artian tidak peduli dengan kondisi jalan. Biasanya mereka suka putar balik dan memotong jalan, dan melanggar rambu lalu lintas tanpa merasa bersalah. Mau tidak mau, kendaraan-kendaraan yang ada di belakang mobil tersebut harus menunggu sampai mobil itu berhasil putar arah. Bayangkan jika hal tersebut dilakukan oleh banyak pengendara. Macetnya pasti bertambah parah dilengkapi suara klakson yang semakin bikin stress. Udah macet, berisik pula.
Alih-alih hanya bertanya ‘Apakah kita sudah benar-benar merdeka?’, kenapa kita tidak memulai melakukan hal-hal kecil untuk Indonesia (sepenuhnya) merdeka? 🙂
No Comments