Startup Talk #9: Be a Female Changemaker

Startup Talk #9: Be a Female Changemaker

Bertepatan dengan memperingati Hari Kartini, event meet up yang diadakan oleh Startup Bandung kali ini mengangkat tema: Woman on Top, be a Female Changemaker. Meet up kali ini diadakan pada hari Sabtu, 23 April 2016  di co&co space dihadiri sekitar 50 orang yang kebanyakan perempuan.  Startup talk #9 menghadirkan empat pembicara wanita inspiratif dari Bandung.

source: instagram.com/kenratriiswari

  1. Ken Ratri Iswari, CEO Geekhunter.

You need to own your own success. You need to deserve your own succes. And you also need to negotiate for yourself.”

Pembicara pertama adalah Ken Ratri Iswari. Ken berbagi cerita perjalanan karirnya yang ternyata tidak semudah yang orang lihat. Mengawali karir di Shell dengan posisi dan salary yang bagus tidak membuat dirinya merasa puas dan berhenti sampai disitu. Menurutnya bekerja delapan jam sehari dalam lima hari berturut-turut adalah sesuatu yang sangat monoton.

“Dari awal cita-cita saya bukan untuk bekerja di perusahaan orang.” Ucap Ken.

Sempat mengalami banyak kegagalan setelah memutuskan untuk resign, Ken terus berusaha dan mencoba bangkit sampai  akhirnya ia mendirikan Geekhunter bersama sahabatnya, Yunita Anggraeni. Pada saat itu Ken melihat peluang yang bagus untuk mengembangkan usaha di bidang IT Recruitment.  Perbedaan Geekhunter dengan perusahaan recruiter lain adalah Geekhunter hanya fokus me-recruit IT talent.

Menjadi CEO menuntutnya untuk bisa bersikap profesional. Ken juga tidak pernah menyebut karyawannya sebagai karyawan. Ia lebih suka menyebut mereka sebagai partner atau rekan kerja karena menurutnya mereka yang bekerja di perusahaannya bekerja sebagai team. Sikapnya yang berbeda pada saat di kantor dengan saat hang out dengan teman-teman menimbulkan anggapan orang-orang di sekitarnya bahwa Ken memiliki kepribadian ganda. Padahal itu adalah bentuk dari sikap profesional yang harus dimiliki oleh siapapun.

Sebagai wanita, Ken sadar bahwa orang-orang memiliki pandangan yang berbeda antara wanita yang sukses dengan laki-laki yang sukses.  Berbeda dengan pria, wanita yang sukses cenderung mendapat komentar negatif. Wanita juga lebih sering under estimate kemampuannya sendiri. Oleh karena itu,wanita harus yakin bahwa dirinya bisa sukses untuk bisa sampai di top level.

 

  1. Sissy, CEO Petshopbox Studio.

Sissy memulai usaha bersama suaminya sejak mereka masih pacaran. Bukan hal yang mudah membangun dan mengembangkan usaha dengan siapapun bahkan dengan orang terdekat sekalipun. Hal itu sudah dialami langsung oleh Sissy dan suaminya. Namun, masalah atau selisih paham yang terjadi tidak menjadi alasan mereka untuk berhenti mengembangkan Petshopbox Studio dan meyakinkan Path di USA hingga Petshopbox terpilih sebagai studio design pertama di Asia yang diajak bekerjasama dalam membuat stiker.

Ketika Sissy ‘dinobatkan’ menjadi CEO Petshopbox Studio oleh suaminya, Sissy mulai belajar menjalankan perannya sebagai CEO yang baik dan bertanggung jawab. Untuk menjadi CEO atau apapun, wanita dilarang untuk ‘baper’ atau membawa perasaan. Wanita harus bisa mengatur emosinya ketika perusahaan menghadapi masalah meskipun hal itu sangat sulit.

Petshopbox Studio menjalankan usahanya dengan cara bootstraping, Petshopbox tidak punya investor. Maka dari itu Sissy harus mencari dan mempertahankan orang yang benar-benar kompeten dalam mengatur keuangan Petshopbox Studio. Sissy juga berbagi prinsip yang dipegang oleh Petshopbox studio dalam me-recruit karyawan yang bukan menilai berdasarkan gender tetapi benar-benar melihat pada kualitas dan kemampuan mereka.

“We need to Find and be a support for each other.

Usaha yang dibangun berdua dengan pasangan harus benar-benar komitmen dan terbuka. Semuanya harus dibicarakan dan disepakati oleh berdua. Selain itu, sikap profesional juga harus ada sehingga urusan kantor dan rumah tangga tidak bercampur. Statusnya sebagai CEO tidak membuat Sissy lupa akan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Becoming working mom is very hard thing to do. Namun, ia tetap harus bisa menjalankan perannya sebagai ibu. Secara sosial, pada saat perempuan sudah menikah segala sesuatu diindetikan dengan suaminya. Menjadi changemaker bukan berarti wanita yang memegang kendali sepenuhnya.

 

  1. Diajeng Lestari, CEO Hijup.

Diajeng Lestari juga membuat Hijup.com karena didukung oleh suaminya yang sudah membuka usaha duluan yaitu Bukalapak. “Pasangan adalah pendukung utama.” Ujar Diajeng melanjutkan presentasinya. Pertama kali Hijup memiliki karyawan tiga orang di ruangan kecil dan saat ini menjadi 120 orang di kantor empat lantai.

Hijup sempat membuat majalah cetak yang sempat mengalami kegagalan karena pada saat itu media cetak sedang digeser oleh media online, membuat event, dan baru dua bulan lalu diundang di acara London Fashion Week. Di sisi lain, Diajeng ingin membuat para wanita bangga dengan dirinya.

Untuk menjadi female changemaker butuh banyak energi. Jika kita hanya mengandalkan uang untuk menjalankan sesuatu. Lain halnya jika kita menjalankannya dengan passion dan tahu apa yang kita perjuangkan.

Sebelum menutup presentasinya, Diajeng memberikan tips untuk menjadi female changemaker: Honest ,inovative, just focus, unique, and pray.

 

  1. Atalia Praratya, Ketua Dekranasda Kota Bandung.

Dekranasda adalah singkatan dari Dewan Kerajinan Nasional Daerah. Rencananya, berbagai jenis produk warga Bandung baik itu kerajinan maupun makanan akan disimpan dan ditata sedemikian rupa di dinding restaurant untuk menarik orang-orang membeli produk lokal.

Kesibukan menjadi Ketua Dekranasda sekaligus ibu rumah tangga ternyata sempat menimbulkan dilema bagi Ibu Atalia dan suami, Ridwan Kamil. “Kita perempuan boleh punya pekerjaan dan kesibukan di luar. Tetapi yang harus diingat apalagi ketika sudah berkeluarga adalah keluarga selalu nomor satu.” Ucap Bu Atalia.

Beliau juga memaparkan program pemerintah kota Bandung yang sudah membuat aplikasi bernama ‘Gampil’ (Gadget Mobile Application for Lisence). Aplikasi ini berfungsi sebagai media bagi pelaku usaha mikro untuk mengisi formulir pendaftaran jenis usahanya.

Bicara soal Hari Kartini, Ibu Atalia punya jawaban dari pertanyaan ‘Mengapa hanya Kartini yang disebut sebagai pahlawan emansipasi padahal banyak tokoh pahlawan wanita lain?’ Jawabannya adalah “Karena Kartini menulis.” Itu yang membedakan Kartini dengan tokoh pahlawan lainnya. Dengan menulis, sejarah bisa didokumentasikan. Jadi, jika kita ingin cerita kita diingat oleh orang maka menulislah.

Terakhir, Ibu Atalia berbagi tips untuk wanita saat mulai ‘baper’. Perempuan memang tidak lepas dari yang namanya membawa perasaan entah itu mudah tersinggung atau sakit hati. Untuk mengatasinya perempuan harus menenangkan dirinya atau cooling down sebelum mengambil keputusan atau melanjutkan aktivitasnya.

Acara yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam ini ditutup dengan foto bersama pembicara dengan peserta dan networking. Dapat disimpukan bahwa untuk menjadi female changemaker perempuan harus bisa bersikap profesional, fokus pada tujuan, saling mendukung, dan dapat membagi waktu antara kesibukannya dengan keluarga.

About The Author

khairunnisa

No Comments

Leave a Reply

THE MEDIA

WHO TALKING ABOUT US

ALWAYS HERE

CONTACT US

Our staff is happy to help you